Keutamaan Hari Jumaat
Gambar Hiasan
Hari Jum’at memiliki beberapa keutamaan sebagaimana terdapat dalam beberapa hadis Nabi, diantaranya:
Pertama. Hari Jum’at adalah hari yang paling utama diantara hari-hari lainnya.
Kedua. Nabi Adam Alaihissalam diciptakan pada hari Jum’at dan pada hari
ini pula diwafatkan. Pada hari ini ia dimasukkan ke dalam syurga dan
pada hari ini pula dikeluarkan dari syurga.
Ketiga. Hari kiamat akan terjadi pada hari Jum’at.
[3] Abu Hurairah Radhiyalahu 'anhu meriwayatkan, bahawa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ، فِيْهِ
خُلِقَ آدَمُ، وَفِيْهِ أُدْخِلَ الْجَنَّةَ، وَفِيْهِ أُخْرِجَ مِنْهَا،
وَلاَ تَقَوْمُ السَّاعَةُ إِلاَّ فِي يَوْمِ الْجُمُعَة .
"Sebaik-baik hari yang matahari terbit padanya adalah hari Jum’at; pada
hari ini Adam as diciptakan, pada hari ini (Adam Alaihissalam)
dimasukkan ke dalam syurga, dan pada hari ini pula ia dikeluarkan dari
syurga. Dan tidaklah kiamat akan terjadi kecuali pada hari ini.[HR
Muslim, no. 854]
Dalam riwayat Aus bin Aus Radhiyallahu 'anhu dengan lafal:
إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمُ الْجُمُعَةِ، فِيْهِ خُلِقَ
آدَمُ، وَفِيْهِ قُبِضَ، وَفِيْهِ النَّفْخَةُ، وَفِيْهِ الصَّعِقَةُ
.......
"Sesungguhnya seutama-utama hari kalian adalah hari
Jum’at ; pada hari ini Adam Alaihissalam diciptakan, pada hari ini pula
ia dimatikan, pada hari ini ditiupkan sangkakala (tanda kiamat), dan
pada hari ini pula hari kebangkitan"
[4] Keempat. Hari Jum’at
merupakan keistimewaan dan hidayah yang Allah berikan kepada umat Islam
yang tidak diberikan kepada umat-umat lain sebelumnya. Abu Hurairah
meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
نَحْنُ اْلآخِرُوْنَ اْلأَوَّلُوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَنَحْنُ أَوَّلُ
مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ بَيْدَ أَنَّهُمْ أُوْتُوا الْكِتَابَ مِنْ
قَبْلِنَا وَأُوْتِيْنَاهُ مِنْ بَعْدِهِمْ فَاخْتَلَفُوْا فَهَدَانَا
اللهُ لِمَا اخْتَلَفُوْا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ، فَهَذَا يَوْمُهُمُ
الَّذِيْ اخْتَلَفُوْا فِيْهِ هَدَانَا اللهُ لَهُ –قَالَ: يَوْمُ
الْجُمْعَةِ-، فَالْيَوْمُ لَنَا وَغَداً لِلْيَهُوْدِ وَبَعْدَ غَدٍ
لِلنَّصَارَى.
"Kita adalah umat yang datang terakhir tapi
paling awal datang pada hari kiamat, dan kita yang pertama kali masuk
syurga, cuma mereka diberi Kitab sebelum kita sedangkan kita diberi
Kitab setelah mereka. Kemudian mereka berselisih, lalu Allah memberi
kita hidayah terhadap apa yang mereka perselisihkan. Inilah hari yang
mereka perselisihkan, dan Allah berikan hidayah berupa hari ini kepada
kita (Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menyebut hari Jum’at). Maka
hari (Jum’at) ini untuk kita (umat Islam), besok (Sabtu) untuk umat
Yahudi dan lusa (Ahad) untuk umat Nasrani".[HR Muslim, no. 855]
Dalam riwayat lain dari Hudzaifah Radhiyallahu 'anhu dengan lafadz:
أَضَلَّ اللهُ عَنِ الْجُمُعَةِ مَنْ كَانَ قَبْلَنَا، فَكَانَ
لِلْيَهُوْدِ يَوْمُ السَّبْتِ وَكَانَ لِلنَّصَارَى يَوْمُ اْلأَحَدِ،
فَجَاءَ اللهُ بِنَا فَهَدَانَا اللهُ لِيَوْمِ الْجُمُعَةِ فَجَعَلَ
الْجُمُعَةَ وَالسَّبْتَ وَاْلأَحَدَ، وَكَذَلِكَ هُمْ تَبَعٌ لَنَا يَوْمَ
الْقِيَامَةِ، نَحْنُ اْلآخِرُوْنَ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا
وَاْلأَوَّلُوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْمَقْضِيَّ لَهُمْ قَبْلَ
الْخَلاَئِقِ.
Allah telah menyesatkan orang-orang sebelum kita
dari hari Jum’at, maka umat Yahudi memperoleh hari Sabtu, umat Nasrani
memperoleh hari Ahad. Lalu Allah mendatangkan kita dan memberi kita
hidayah untuk memperoleh hari Jum’at. Maka Allah menjadikan hari Jum’at,
Sabtu dan Ahad, dan mereka (umat sebelum kita) berada di belakang kita
pada hari kiamat. Kita datang paling akhir di dunia, tetapi paling awal
datang di hari kiamat yang telah ditetapkan untuk mereka sebelum
diciptakan seluruh makhluk" [HR Muslim, no. 856]
Kelima. Pada
hari Jum’at ini terdapat saat-saat terkabulnya do’a, terutama pada
akhir-akhir siangnya setelah Ashar. Berdasarkan riwayat dari Abu
Hurairah bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
إِنَّ فِي الْجُمُعَةِ لَسَاعَةً لاَ يُوَافِقُهَا مُسْلِمٌ قَائِمٌ
يُصَلِّيْ يَسْأَلُ اللهَ خَيْراً إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ، قَالَ:
وَهِيَ سَاعَةٌ خَفِيْفَةٌ.
“Sesungguhnya pada hari Jum’at ada
saat-saat, iaitu seorang muslim tidaklah ia berdiri sholat dan meminta
kebaikan kepada Allah, melainkan Allah akan memberinya.” Lalu Beliau
berkata,”Dan saat-saat tersebut adalah saat yang singkat.” [HR Muslim,
no. 852] Dalam riwayat Jabir Radhiyallahu 'anhu Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda.
يَوْمُ الْجُمُعَةِ اثْنَتَا عَشْرَةَ
سَاعَةً لاَ يُوْجَدُ فِيْهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللهَ شَيْئاً
إِلاَّ آتَاهُ إِيَّاهُ، فَالْتَمِسُوْهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ.
"
(Siang) hari Jum’at itu dua belas jam. Tidaklah didapati
seorang hamba muslim pada saat-saat ini meminta sesuatu kepada Allah,
melainkan Allah akan memberinya. Maka carilah pada akahir saat-saat
tersebut setelah Ashar"
[5]. PERKARA-PERKARA YANG DISYARI’ATKAN
PADA HARI JUM’AT Hari Jum’at, disamping memiliki keutamaan sebagaimana
telah disebutkan di atas, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menetapkan
syari’at khusus untuk hari ini, yaitu;
Pertama : Sholat
Jum’at. Mengenai sholat Jum’at ini akan dikupas beberapa hal berikut
ini. a). Kewajiban menunaikan sholat Jum’at. Hal itu berdasarkan firman
Allah Subhanahu wa Ta'ala,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا
نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسَعَوْا إِلَى ذِكْرِ
اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ
تَعْلَمُونَ.
"Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru
untuk menunaikan sholat pada hari Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada
mengingat Allah dan tinggalkanlah jual-beli. Yang demikian itu lebih
baik bagimu jika kamu mengetahui" [Al Jumu’ah: 9]
Kewajiban
ini bersifat fardhu ‘ain atas setiap muslim secara berjama’ah, kecuali
lima golongan iaitu: hamba sahaya, wanita, anak kecil (yang belum
baligh), orang sakit dan musafir. Hal ini berdasarkan beberapa riwayat
berikut. Dari Thariq bin Syihab dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda,
الْجُمْعَةُ حَقٌّ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ فِيْ
جَمَاعَةٍ إِلاَّ أَرْبَعَةٌ: عَبْدٌ مَمْلُوْكٌ، أَوِ امْرَأَةٌ، أَوْ
صَبِيٌّ، أَوْ مَرِيْضٌ.
"(Shalat) Jum’at itu adalah wajib atas
setiap muslim secara berjama’ah, kecuali empat (golongan) iaitu: hamba
sahaya, wanita, anak kecil (yang belum baligh) atau orang sakit" [6]
Dari Ibnu Umar dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ عَلَى الْمُسَافِرِ جُمْعَةٌ
"Tidak ada kewajiban atas musafir (untuk menunaikan) sholat Jum’at" [HR
Ad-Daruquthni.II/4] b). Keutamaan menunaikan sholat Jum’at. Tidaklah
syari’at memerintahkan suatu perkara, melainkan diiringi dengan janji
berupa balasan kebaikan, keutamaan dan pahala sebagai pendorong bagi
orang-orang yang mau menunaikan perintah tersebut. Diantaranya, Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَنِ اغْتَسَلَ ثُمَّ
أَتَى الْجُمُعَةَ فَصَلَّى مَا قُدِرَ لَهُ ثُمَّ أَنْصَتَ حَتَّى
يَخْلُوَ مِنْ خُطْبَتِهِ ثُمَّ يُصَلِّي مَعَهُ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ
وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ اْلأُخْرَى وَفَضْلُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ.
"Barangsiapa mandi (wajib) kemudian mendatangi (sholat) Jum’at, lalu ia
sholat –sunnat- (sebelum imam datang) sekuat kemampuannya, kemudian diam
seksama (mendengarkan imam berkhuthbah) sampai selesai dari khutbahnya,
lalu sholat bersamanya, maka akan diampuni (dosanya) antara Jum’at
tersebut dengan Jum’at lainnya (sebelumnya) ditambah tiga hari". [HR
Muslim, no. 857] Dalam hadits yang lain Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda,
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى
الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ
إِذَا اجْتُنِبَتِ الْكَبَائِرُ.
"(Antara) sholat lima waktu,
Jum’at ke Jum’at dan Ramadhan ke Ramadhan, terdapat penghapus dosa-dosa,
selama tidak melanggar dosa-dosa besar." [HR Muslim, no. 233] c).
Ancaman terhadap orang yang meninggalkan sholat Jum’at. Disamping
menjelaskan tentang keutamaan menunaikan sholat Jum’at, syari’at juga
menjelaskan ancaman terhadap orang-orang yang meninggalkan sholat Jum’at
kerana meremehkannya. Dalam hal ini terdapat beberapa hadits dari Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam, diantaranya: Sabda Beliau Shallallahu
'alaihi wa sallam,
لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَامٌ عَنْ وَدْعِهِمُ
الْجُمُعَاتِ أَوْ لَيَخْتِمَنَّ اللهُ عَلَى قُلُوْبِهِمْ ثُمَّ
لَيَكُوْنُنَّ مِن الْغَافِلِيْنَ.
"Sungguh hendaknya
orang-orang itu berhenti dari meninggalkan sholat Jum’at atau (kalau
tidak maka) Allah akan mengunci hati-hati mereka kemudian mereka akan
menjadi orang-orang yang lalai."[ [HR Muslim, no. 856] Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda,
لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ رَجُلاً
يُصَلِّي بِالنَّاسِ ثُمَّ أَحْرَقَ عَلَى رِجَالٍ يَتَخَلَّفُوْنَ عَنِ
الْجُمُعَةِ بُيُوْتَهُمْ.
"Sungguh saya bertekad untuk
memerintahkan seseorang mengimami sholat bagi manusia, kemudian saya
bakar rumah orang-orang yang meninggalkan (sholat) Jum’at." [HR Muslim,
no. 652] Sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam,
مَنْ تَرَكَ
ثَلاَثَ جُمَعٍ تَهَاوُناً بِهَا طَبَعَ اللهُ عَلَى قَلْبِهِ.
"Barangsiapa meninggalkan sholat Jum’at sebanyak tiga kali kerana
meremehkannya, maka Allah akan mengunci hatinya." [7] Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam juga bersabda,
مَنْ تَرَكَ ثَلاَثَ جُمُعَاتٍ مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ كُتِبَ مِنَ الْمُنَافِقِيْنَ.
"Barangsiapa meninggalkan tiga kali sholat Jum’at tanpa uzur, maka dia
tercatat sebagai golongan orang-orang munafik." [8] d). Waktu
pelaksanaannya. Waktu pelaksanaannya adalah pada waktu Dhuhur,
berdasarkan riwayat dari Anas Radhiyallahu 'anhu,
أَنَّ النَّبِيَّ كَانَ يُصَلِّي الْجُمُعَةَ حِيْنَ تَمِيْلُ الشَّمْسُ.
"Bahawa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menunaikan sholat Jum’at
ketika matahari tergelincir (yakni masuk waktu Zuhur)." [HR Al-Bukhari,
no. 862] Sebahagian ulama membolehkan pelaksanaannya –beberapa saat-
sebelum masuk waktu Zuhur (sebelum matahari benar-benar tergelincir).
Mereka berdalil dengan riwayat dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu
'anhu ketika ia ditanya, “Bila Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
menunaikan sholat Jum’at?” Dia menjawab,”(Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam) pernah menunaikan sholat Jum’at, kemudian (selesai sholat) kami
pergi menuju unta-unta kami untuk mengistirahatkannya ketika matahari
tergelincir." [HR Muslim, no. 858] (Bererti Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam pernah sholat Jum’at sebelum matahari tergelincir). Kedua.
Khuthbah Jum’at. a). Hukumnya. Khutbah Jum’at hukumnya wajib, kerana
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkannya, dan
berdasarkan keumuman sabda Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam,
صَلُّوْا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِيْ أُصَلِّيْ.
"Sholatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat." [HR Al-Bukhari, no.
605] Khuthbah Jum’at ini termasuk dalam rangkaian pelaksanaan sholat
Jum’at yang dilakukan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan Beliau
Shallallahu 'alaihi wa sallam melakukannya sebelum sholat.
No comments:
Post a Comment